Thursday, 15 October 2015

Sastra, Jembatan Pendidikan Karakter di Sekolah


Sastra, Jembatan Pendidikan Karakter di Sekolah
Saat ini moral bangsa Indonesia sudah cukup memprihatinkan. Krisis moral dirasakan hampir disemua daerah di Indonesia. Peredaran narkoba, pencurian, perampokkan, hingga kasus korupsi yang dilakukan oleh anggota dewan. Dalam dunia pendidikan sendiri, banyak fenomena-fenomena yang menggambarkan kondisi moral bangsa yang semakin memprihatinkan. Tawuran antarpelajar, mencontek pekerjaan teman, dan kecurangan dalam ujian nasional merupakan salah satu dari sekian banyak krisis moral yang melanda bangsa ini.
Penyebab semua itu tidak hanya oleh krisis ekonomi, tetapi juga oleh krisis akhlak yang berakar dari kurangnya penanaman pendidikan karakter. Secara sederhana pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha untuk membantu peserta didik mengembangkan seluruh potensinya baik hati, pikir, rasa, karsa, serta raga untuk menghadapi masa depan. Sedangkan pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai suatu upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal dan mempraktikkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan dalam hubungannya dengan sesame manusia maupun hubungannya dengan Tuhannya.
Sejauh ini, pendidikan karakter yang direncanakan masih berupa penyuluhan dan pembelajaran berdasarkan pada pengembangan karakter. Dibutuhkan cara yang kreatif dan inovatif agar pendidikan karakter yang diimpikan tepat sasaran. Tidak hanya melalui pengajaran di dalam kelas, tetapi juga dengan sosialisasi nilai-nilai moral yang ada di masyarakat. Salah satunya melalui penggalian kearifan lokal dan budi luhur yang terkandung dalam karya sastra.
Pendidikan karakter melalui penggalian nilai-nilai luhur dan ajaran moral yang terkandung teks-teks sastra adalah cara kreatif yang efektif. Sebagai contoh beberapa karya penulis dalam negeri yang dapat dinikmati dan menjadikan pencerahan bagi pembaca antara lain Andrea Hirata dengan tetralogi Laskar Pelangi. A. Fuadi dengan  dwilogi Negeri Lima Menara.  Habiburrahman el Syrazi dengan Ayat-Ayat Cinta. Prie G.S dengan Ipung. Membaca karya-karya tersebut, kita akan dapat merasakan dahsyatnya kekuatan bahasa dalam mempengaruhi pembaca. Namun, saatinidi Indonesia, posisi karya sastra masih terbilang rendah. Sebagian besar masyarakat nyaris sebelah mata memandang karya-karya sastra Indonesia. Padahal, dengan kita membaca karya sastra kita dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Pengajaran sastra dapat dijadikan sebagai jembatan pendidikan karakter di sekolah. Apabila siswa tidak mau atau malas untuk belajar sastra, justru mengakibatkan siswa tersebut makin jauh dari nilai-nilai moral. Kita dapat melatih dan mengembangkan IQ, EQ, dan SQ siswa melalui kegiatan apresiasi sastra. Siswa dapat memahami dan mempraktikkan nilai-nilai moral baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan masyarakatnya melalui kegiatan membaca karya sastra.
Dengan demikian tinggal peran guru, khususnya guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam menggiring siswanya agar gemar membaca. Khususnya membaca karya sastra. Nilai-nilai moral yang terdapat di dalam karya sastra seperti taat kepada ajaran agama, toleransi, disiplin, tanggung jawab, kasih sayang, gotong royong, kesetiakawanan, saling menghormati, sopan-santun, kejujuran, dan sebagainya, banyak ditemukan dalam karya sastra. Bila karya sastra itu dibaca, dipahami maknanya, serta ditanamkan pada diri siswa, siswa akan menjunjung tinggi nilai-nilai moral.
Jika pendidikan karakter melalui sastra ini dilakukan secara sungguh-sungguh, bukan tidak mungkin kelak remaja sebagai generasi penerus bangsa ini akan memiliki kepribadian yang jauh lebih berkarakter serta dapat menjalani kehidupan sebagai manusia yang berpendidikan dan berkebudayaan. Bangsa Indonesia akan kembali dikenal sebagai bangsa timur yang identik dengan sifatnya yang ramah, bersahabat, tidak individualis, dan saling tolong menolong satu sama lain, tutur kata yang lembut dan sopan dalam berpakaian. Bangsa Indonesia juga akan kembali menjadi bangsa yang berketuhanan yang maha esa; bangsa yang menjunjung kemanusiaan yang adil dan beradab; bangsa yang mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa; bangsa yang demokratis dan menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia; serta bangsa yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan.

No comments:

Post a Comment