Thursday, 27 August 2015

Ketika Moralitas Mulai Diabaikan dalam Cerpen Pring Re-Ke-Teg Gunung Gamping Ambrol Karya Seno Gumira Ajidarma

KETIKA MORALITAS MULAI DIABAIKAN


Nilai Moral
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Sementara itu menurut filsafat nilai dibagi menjadi 3 yaitu, nilai logika adalah nilai benar-salah, nilai estetika adalah nilai indah-tidak indah, Nilai etika/moral adalah nilai baik-buruk.
Moral adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Dalam hal ini berarti nilai moral adalah kualitas sikap manusia dengan manusia.
Menurut Thomas Lickona (1992) terdapat sepuluh tanda dari perilaku manusia yang menunjukkan arah kehancuran suatu bangsa yaitu: meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, ketidakjujuran yang membudaya, semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru, dan figur pemimpin, pengaruh "peer group" (kelompok sebaya) terhadap tindakan kekerasan, meningkatnya kecurigaan dan kebencian, penggunaan bahasa yang memburuk, penurunan etos kerja, menurunnya rasa tanggungjawab individu dan warga negara, meningginya perilaku merusak diri dan semakin kaburnya pedoman moral.

Aspek Sosial dalam Cerpen Pring Re-Ke-Teg Gunung Gamping Ambrol Karya Seno Gumira Ajidarma
Dalam cerpen Pring Re-Ke-Teg Gunung Gamping Ambrol dapat diidentifikasi dua latar sosial yang secara nyata menjadi tempat peristiwa sosial terjadi, yaitu (1) latar sosial pemerkosaan yang terjadi pada Mirah, dan (2) latar sosial pengeroyokan yang terjadi antara dua desa.
Peristiwa pemerkosaan Mirah menyebabkan seluruh warga gempar. Begitu juga Pak Lurah, baginya penghinaan itu bukanlah hanya penistaan kepada seorang perawan umur 16 tahun yang diperkosa, melainkan juga penghinaan kepada desa. Sedangkan peristiwa pengeroyokan yang dilakukan oleh kelompok orang baik-baik kepada desa yang merupakan tempat orang-orang candala tersebut merupakan tindakan yang sangat merugikan. Hal ini disebabkan karena para candala yang selalu terpinggirkan dari zaman ke zaman, tentulah jauh lebih siap menghadapi pertempuran terbuka daripada mereka. Akibatnya ratusan nyawa melayang seketika karena pengeroyokan itu.
Tokoh Sentral (utama) dalam cerpen ini adalah Mirah, yaitu seorang remaja berumur enam belas tahun yang diperkosa oleh anak Pak Lurah. Sementara Pak Lurah adalah tokoh yang sangat dihormati. Namun, beliau tidak menyadari bahwa anaknya sendiri yang telah merenggut keperawanan Mirah.
Tindakan serta interaksi antar tokoh tergambar pada saat kelompok orang baik-baik hendak menyerang kelompok para candala. Mereka begitu kompak karena merasa sering dirugikan oleh perilaku kaum candala seperti pencurian, perampokan, pembunuhan, pelacuran, bahkan pemerkosaan.

Analisis Sosial Masyarakat yang Diacu dalam Cerpen Pring Re-Ke-Teg Gunung Gamping Ambrol Karya Seno Gumira Ajidarma
Masyarakat yang terdapat dalam cerpen tersebut merupakan masyarakat yang moralnya mulai pudar. Hal tersebut digambarkan dengan peristiwa pemerkosaan yang dilakukan oleh anak Pak Lurah kepada Mirah. Akan tetapi, Pak Lurah sendiri malah menuduh warga di perkampungan Candala sebagai pelaku pemerkosaan Mirah.
Mereka dengan serta-merta menuduh perkampungan Candala karena masyarakat di perkampungan tersebut terkenal dengan perkampungan para pencuri, perampok, pembunuh, pelacur, bahkan segala macam tindak kriminalitas bertempat di perkampungan tersebut. Hal ini tentu saja menggambarkan moralitas yang mulai pudar. Tidak lagi memiliki rasa toleransi dan sifat kemanusiaan karena tanpa bukti mereka sudah memfitnah warga di perkampungan candala sebagai pelaku pemerkosaan terhadap Mirah. Mereka juga tidak mau instrospeksi diri sendiri. Pelaku pemerkosaan terhadap Mirah bukan warga perkampungan Candala, melainkan anak Pak Lurahnya sendiri.

Relasi Antara Cerpen Pring Re-Ke-Teg Gunung Gamping Ambrol Karya Seno Gumira Ajidarma dengan Masyarakat Sebenarnya
Kondisi masyarakat dalam cerpen tersebut merupakan gambaran sebagian besar masyarakat di Indonesia saat ini. Kondisi ini terjadi karena sendi-sendi beretika sosial dan menjaga nilai-nilai agama sudah dilupakan.
Jika kita membandingkan beberapa penggalan masa yang berlangsung, ada beberapa kesenjangan yang terjadi. Khususnya menyangkut etika sosial dan nilai-nilai moral yang dahulu kala merupakan kebanggaan bangsa ini. Sekarang, baik suka ataupun tidak suka, kita harus mengakui bahwa telah terjadi pergeseran dalam etika dan moral itu. Keduanya tidak lagi menjadi kebangaan.
Indikasi runtuhnya nilai dan moralitas ini gampang saja. Karena perilaku tawuran dari mulai pelajar, mahasiswa, rakyat jelata sampai para wakil rakyat sudah jadi pemandangan sehari-hari. Perilaku yang menyedihkan ini sepertinya bahkan telah melampaui hukum adat dan budaya. Tidak ada lagi rasa pengagungan terhadap sikap menghargai orang yang lebih dewasa. Maka tanda bagi cacat etika itu sesungguhnya benar terjadi.
Padahal, sebagai sebuah negeri, Indonesia memiliki ratusan suku dengan etika sosial dan adat yang sudah berlaku dari generasi ke generasi. Namun sayangnya negeri ini telah secara umum menunjukkan gejala kecacatan tersebut. Hal itu dapat kita lihat dari runtuhnya otoritas orang tua dan guru sebagai pengamat dan penjaga etika sosial dan moral di tengah-tengah masyarakat.
Kondisi ini terjadi karena sendi-sendi beretika sosial dan menjaga nilai-nilai agama sudah dilupakan. Tidak ada lagi kepedulian kepada generasi muda dalam hal beragama dan berbudaya sesuai tuntutan budaya setempat. Ini dibuktikan dengan makin maraknya pelanggaran etika sosial bahkan jatuhnya moralitas para generasi tanpa bisa dicegah oleh guru dan orang tua.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas adalah bahwa moralitas suatu bangsa itu sangatlah penting demi tercapainya keamanan dan ketentraman warga masyarakat tersebut. Semua itu berawal dari masing-masing individu yang bersangkutan. Karena jika kita ingin merubah suatu bangsa, maka yang harus kita lakukan adalah merubah diri sendiri terlebih dahulu.

No comments:

Post a Comment