Ana dina ana upa, ora obah ora mamah
Artinya ada hari ada nasi, tidak bergerak tidak mengunyah (makan). Maksudnya, selama mau bekerja apa saja dengan tekun setiap hari pasti akan mendapatkan makanan (rezeki). Dalam masyarakat Jawa waktu itu, peribahasa ini seolah-olah menjadi senjata rakyat kebanyakan yang hidupnya selalu sengsara. Setiap hari mereka hanya menunggu rezeki yang datangnya bagai tetesan gerimis di musim kemarau. Sebab mereka tidak punya modal sedikitpun, selain tangan dan kaki (fisik) belaka. Oleh karena itu, yang dapat diandalkan ketika mencari nafkah ya hanya tenaga. Pekerjaan berat dan ringan dikerjakan, yang penting mendapatkan rezeki, pulang ke rumah dapur tetap mengepul.
Filosofi ada hari ada nasi merupakan wujud dari keyakinan bahwa rezeki sudah diatur oleh Tuhan yang maha pemurah. Artinya setiap hari kita pasti dikaruniai, disediakan, dan asalnya kita tidak tahu dari mana. Adapun tidak bergerak tidak mengunnyah mengandung nasehat bahwa rezeki dari Tuhan tidak tergeletak begitu saja dan manusia tinggal mengambil dengan mudahnya. Namun, semua harus diperjuangkan dengan tenaga dan pikiran. Singkat kata, kita harus bekerja keras.
Rakyat jelata, orang kaya, miskin, semua diberi rezeki oleh Tuhan. Akan tetapi rezeki tersebut harus dicari dan diusahakan, dimana tempatnya, bagaimana mengetahuinya, bagaimana cara meraihnya, dan seterusnya. Tanpa mau berusaha seperti itu, apalagi bagi orang kecil akan sangat kekurangan, bisa saja jika mengalami sial berhari-hari perutnya tidak terisi nasi sesuap pun.
No comments:
Post a Comment